Peristiwa Menakjubkan dalam Hidup Umar bin Abdul Aziz

Lembaran hidup khalifah yang ahli ibadah, zuhud dan khalifah rasyidin yang kelima ini lebih harum dari aroma misk dan lebih asri dari taman bunga yang indah. Kisah hidup mengagumkan laksana taman  yang harum semerbak, di mana pun Anda singgah di dalamnya yang ada hanyalah suasana yang sejuk di hati, bunga-bunga yang elok dipandang mata dan buah-buahan yang lezat rasanya.

Meski kami tak sanggung memaparkan seluruh perjalanan hidup beliau yang tercatat dalam sejarah, namun tidak menghalangi kami untuk memetik setangkai bunga di dalam tamannya, atau mengambil sebagian cahayanya sebagai lentera. Karena “mala yudraku kulluhu laa yutraku ba’dhuhu”, apa yang tidak bisa diambil seluruhnya janganlah ditinggalkan sebagian yang dapat diambil. Lainnya

Kisah Umar bin Abdul Aziz Dan Penguburannya Hidup-Hidup

Kejadian ini terjadi pada masa Al-Walid bin Abdul Malik, saat dihadirkan dimajelisnya seorang laki-laki dari khawarij yang diancam dengan hukuman mati. Al-Walid melihat kepadanya dan menanyainya dengan sekumpulan pertanyaan yang telah dia siapkan untuk membunuhnya, dan dia tidak mungkin selamat darinya.

“Apa yang kamu katakan tentang Abu Bakar?”

Dia menjawab: “Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam goa, orang kedua saat keduanya berada di dalam goa, mudah-mudahan Allah merahmatinya dan mengampuninya.”

Dia bertanya lagi: Apa yang kamu katakan tentang Umar? Dia menjawab, “Dia adalah al-faruq, mudah-mudahan Allah merahmati dan mengampuninya.”

Dia bertanya lagi: Apa yang kamu katakan tentang Utsman? Dia menjawab, “Beberapa tahun diawal pemerintahannya dia memerintah dengan adil.”

Kemudian datanglah pertanyaan yang mematikan: “Apa yang kamu katakan tentang Marwan bin al-Hakam (yakni kakek al-Walid)?” orang khawarij tersebut menjawab tanpa ragu-ragu, “Mudah-mudahan Allah melaknat orang tersebut”. Lainnya

Kisah Abu Bakar R.a. Membakar Kumpulan Hadist

Aisyah r.ha. berkata, ” Ayahku, Abu Bakar, memiliki catatan berisi limaratus hadist yang telah ia kumpulkan. Pada suatu malam, aku melihatnya sangat gelisah dan berbaring membolak-balik badannya. Aku bertanya, ” Apakah engkau sakit, atau ada sesuatu yang membebani pikiranmu? “
Namun,  pada malam itu ia tetap gelisah dan cemas. Keesokan harinya ia bertanya kepadaku, ” Dimanakah catatan hadistku yang pernah aku berikan kepadamu? ” Aku pun mengambilnya dan memberikan kepadanya. Ternyata ia membakar catatan itu. Aku bertanya, ” Mengapa dibakar? ” Ia menjawab, ” Aku ragu jika ada kekhilafan lalu aku meninggal, lalu mereka menganggapnya muktabar (dipercaya), padahal tidak, dan ternyata dalam catatan ini ada kesalahan, tentu hal itu akan mencelakanku. ” (Tadzkiratul Huffadz).

Dikutip dari Buku  Himpunan Fadhilah Amal Karya : Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a

Sebuah Teladan Dari Ali bin Abi Thalib

Ini adalah sebuah kisah tentang kepemimpinan Ali ibn Abi Thalib dalam Khulafaurrasyidin yang sangat patut kita teladani.

Tidak ada khalifah yang paling mencintai ukhuwwah, ketika orang berusaha menghancurkannya, seperti Ali ibn Abi Thalib. Baru saja dia memegang tampuk pemerintahan, beberapa orang tokoh sahabat melakukan pemberontakan. Dua orang di antara pemimpin Muhajirin meminta izin untuk melakukan umrah. Ternyata mereka kemudian bergabung dengan pasukan pembangkang. Walaupun menurut hukum Islam pembangkang harus diperangi, Ali memilih pendekatan persuasif. Dia mengirim beberapa orang utusan untuk menyadarkan mereka. Beberapa pucuk surat dikirimkan. Namun, seluruh upaya ini gagal. Jumlah pasukan pemberontak semakin membengkak. Mereka bergerak menuju Basra.

Dengan hati yang berat, Ali menghimpun pasukan. Ketika dia sampai di perbatasan Basra, di satu tempat yang bernama Alzawiyah, dia turun dari kuda. Dia melakukan shalat empat rakaat. Usai shalat, dia merebahkan pipinya ke atas tanah dan air matanya mengalir membasahi tanah di bawahnya. Kemudian dia mengangkat tangan dan berdo’a: “Ya Allah, yang memelihara langit dan apa-apa yang dinaunginya, yang memelihara bumi dan apa-apa yang ditumbuhkannya. Wahai Tuhan pemilik ‘arasy nan agung. Inilah Basra. Aku mohon kepada-Mu kebaikan kota ini. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya. Ya Allah, masukkanlah aku ke tempat masuk yang baik, karena Engkaulah sebaik-baiknya yang menempatkan orang. Ya Allah, mereka telah membangkang aku, menentang aku dan memutuskan bay’ah-ku. Ya Allah, peliharalah darah kaum Muslim.” Lainnya

Mimpi yang Membawa Hikmah

Khalifah Umar bin Abdul Azis pernah gemetar ketakutan. Bukan karena menghadapi musuh di medan pertempuran. Tetapi ketika beliau mendengar cerita tentang alam akhirat.

Semua perbuatan manusia di dunia akan dimintai pertanggungjawabann ya di akhirat. Di akhirat kelak setiap manusia akan diperintahkan berjalan melewati jembatan shiratal mustaqim. Manusia akan terlempar ke neraka jika tidak bisa melewati jembatan itu. Sebaliknya, manusia tersebut akan menikmati keindahan surga jika bisa melewati jembatan itu.

Setiap manusia akan menemui kesulitan dan kemudahan yang beragam saat berjalan di atas jembatan shiratal mustaqim. Jika selama hidup di dunia, manusia itu banyak beramal saleh, ia akan mudah melewatinya. Jika tidak, iaakan sulit berjalan di atas shiratal mustaqim. Bahkan, besarkemungkinan iaakan terlempar dan jatuh ke jurang neraka di bawahnya.

Hal itu membuat banyak orang khawatir. Tentu saja. Sebab, kita tidak pernah tahu secara pasti apakah selama di dunia kita tergolong orang yang banyak beramal saleh atau justru banyak berbuat dosa. Nah, perasaan itu juga dirasakan khalifah Umar bin Abdul Azis. Apalagi waktu khalifah Umar bin Abdul Azis mendengar cerita seorang hamba sahaya tentang mimpinya di suatu hari. Lainnya

Iblis Tak Pernah Rela Melihat Hamba Allah Menjadi Ahli Ibadah

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Auzubillahiminasy syaithonirrojiim

Masih ingat dengan seorang sahabat Nabi yang tak dapat melihat? Yang karenanya Allah lalu menegur Nabi dan menurunkan surat “A’basa”?

  1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
  2. karena telah datang seorang buta kepadanya.
  3. tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
  4. atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
  5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
  6. Maka kamu melayaninya.
  7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman).
  8. dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
  9. sedang ia takut kepada (Allah),
  10. Maka kamu mengabaikannya.
  11. sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,

QS. Abasa (80) ayat 1 – 11

**

Ia adalah Abdullah bin Ummi Maktum Radiallahuanhu. Seorang sosok sahabat yang senantiasa tawadlhu dalam menunaikan kewajibannya sebagai hamba Allah.

Suatu ketika sahabat Nabi ini menghampiri baginda Rasulullah Saw, ia hendak meminta izin, untuk tidak mengikuti jama’ah shubuh, karena tak ada yang menuntunnya menuju masjid. Setelah mendengar alasannya, baginda Rasulpun bertanya: “Apakah engkau mendengar adzan?”, Abdullah lantas menjawab: “Tentu baginda”, “Kalau begitu tidak ada keringanan untukmu”, tandas Rasul.

Layaknya hamba Allah yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan perintahNya. Abdullahpun sam’an  a tho’atan atas apa yang diperintahkan Rasulullah Saw. Dengan mantap ia berazam untuk mendirikan jama’ah shubuh di masjid,sekalipun dirinya harus meraba-raba dengan tongkat untuk menuju sumber azan. Lainnya

Gubernur Mesir yang Mau Dicambuk Rakyatnya

Suatu ketika Umar bin Khattab sedang berkhotbah di masjid di kota Madinah tentang keadilan dalam pemerintahan Islam. Pada saat itu muncul seorang lelaki asing dalam masjid , sehingga Umar menghentikan khotbahnya sejenak, kemudian ia melanjutkan.“Sesungguhnya seorang pemimpin itu diangkat dari antara kalian bukan dari bangsa lain. Pemimpin itu harus berbuat untuk kepentingan kalian, bukan untuk kepentingan dirinya, golongannya, dan bukan untuk menindas kaum lemah. Demi Allah, apabila ada di antara pemimpin dari kamu sekalian menindas yang lemah, maka kepada orang yang ditindas itu diberikan haknya untuk membalas pemimpin itu. Begitu pula jika seorang pemimpin di antara kamu sekalian menghina seseorang di hadapan umum, maka kepada orang itu harus diberikan haknya untuk membalas hal yang setimpal.”

Selesai khalifah berkhotbah, tiba-tiba lelaki asing tadi bangkit seraya berkata; “Ya Amiirul Mu’minin, saya datang dari Mesir dengan menembus padang pasir yang luas dan tandus, serta menuruni lembah yang curam. Semua ini hanya dengan satu tujuan, yakni ingin bertemu dengan Tuan.” Lainnya

Ketika Umar Sang “Singa Padang Pasir ” Menangis

Pernahkah anda membaca dalam riwayat akan Umar bin Khatab menangis? Umar bin Khatab terkenal gagah perkasa sehingga disegani lawan maupun kawan. Bahkan konon, dalam satu riwayat, Nabi menyebutkan kalau Syeitan pun amat segan dengan Umar sehingga kalau Umar lewat di suatu jalan, maka Syeitan pun menghindar lewat jalan yang lain. Terlepas dari kebenaran riwayat terakhir ini, yang jelas keperkasaan Umar sudah menjadi buah bibir di kalangan umat Islam. Karena itu kalau Umar sampai menangis tentulah itu menjadi peristiwa yang menakjubkan.

Mengapa “singa padang pasir” ini sampai menangis?

Umar pernah meminta izin menemui Rasulullah. Ia mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras. Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya. Aku tidak sanggup menahan tangisku.

Rasul yang mulia bertanya, “mengapa engkau menangis ya Umar?” Umar menjawab, “bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau, padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kisra dan kaisar duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera”. Lainnya

Harun Ar-Rasyid dan Seorang Wanita

SUATU hari seorang wanita miskin minta diizinkan
menghadap khalifah Harun ar-Rasyid. Setelah melewati
proses yang agak sulit, akhirnya ia berhasil mendapatkan
izin. Wanita itu menghadap khalifah dan memberi salam
padanya. Kemudian ia berkata, “Wahai amirul mukminin!
Tentara Anda telah menjarah rumahku dan merusak
semua harta benda milikku. Aku datang menuntut keadilan.”
“Tetapi ingatlah wahai wanita yang baik hati!” sahut
khalifah. “Orang bijak mengatakan bahwa bila seorang
raja yang maju ke medan perang, maka rakyat yang ladang
dan sawahnya dilewati harus siap menjadi korban.”
“Benar,” jawab si wanita. “‘Tetapi bukankah telah termaktub
dalam kitab suci bahwa raja-raja yang melakukan
kezaliman kepada rakyat harus dihancurkan?”
Merasa puas dengan jawaban si wanita, Harun memujinya
dan memerintahkan ganti rugi untuk semua
kerusakan harta milik wanita itu.
—Studies in Mohammedanism (Poole)

Lebih Rendah Derajatnya dari Ali Bin Abi Thalib

SETELAH wafat khalifah Ali dan penggulingan
Hasan, Muawiyah menjadi kepala negara. Didukung oleh
wawasan yang luas, energinya yang tak kenal lelah dan
daya nalarnya yang kuat, Muawiyah mampu melucuti
senjata kaum oposisi dalam rangka mewujudkan ambisinya.
Tetapi masih banyak orang yang dengan terangterangan
menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap
perlakuan Muawiyah atas khalifah terakhir dan kerabat
beliau.
Salah seorang dari mereka adalah Darima, seorang
wanita usia lanjut dari Madinah. Semua orang yang
mengenalnya akan merasa takut dengan lidahnya yang
tajam. Suatu hari, Muawiyah mengundangnya menghadap
dan percakapan berikut terjadi antara mereka.
“Apakah benar, seperti yang kudengar, bahwa Anda
adalah wanita yang salehah dan cerdas?” tanya Muawiyah
membuka pembicaraan.
“Anda tidak mendengar dari mulutku, jadi aku tidak
bertanggung jawab atas benar tidaknya informasi itu,”
jawab si wanita ketus. Lainnya

Previous Older Entries